Selasa, 05 Februari 2013

Mitos Kanker, segera tinggalkan


Tanggal 4 Februari ditetapkan sebagai World Cancer Day (Hari Kanker Sedunia) yang pertama kali ditemukan oleh the Union for International Cancer Control (UICC) dengan tujuan organisasi yaitu menurunkan kematian dan insidens penyakit Kanker tahun 2020. WCD 2013 akan berfokus pada target 5 World Cancer Declaration: dengan tema “Kanker, tahukah kamu?.” Tema tersebut dilatar belakangi oleh mitos seputar Kanker yang diyakini oleh sebagian besar masyarakat di seluruh dunia. Kalau dahulu mitos tersebut berangkat dari fakta barangkali ada benarnya, namun di zaman seperti sekarang, sudah lain ceritanya. 

Organisasi kanker dunia menjelaskan ada setidaknya 4 mitos kanker, yaitu:
  1. Kanker hanya sekedar isu kesehatan
  2. Kanker adalah penyakit orang kaya, orang tua, dan penyakit yang ditemukan di Negara-negara maju
  3. Kanker adalah penyakit yang memvonis pasien ‘mati’
  4. Kanker sudah menjadi nasib

Sebagai praktisi di bidang kesehatan masyarakat, saya tertarik untuk mengkaji sekaligus membuktikan Kanker sebagai penyakit yang kebanyakan dialami di usia tua adalah benar-benar mitos, dan harus segera ditinggalkan. Kanker dapat menyerang siapa dan kapan saja. Pemahaman yang benar tentang kanker akan meningkatkan kesadaran seseorang untuk melakukan upaya preventif seperti memeriksakan dirinya terkait dengan potensi kanker dan upaya kuratif untuk menghindari dampak buruk kanker (cacad atau kematian). Pemahaman masyarakat yang benar begitu penting sebab dalam jangka panjang berimplikasi terhadap peningkatan kesejahteraan dan perbaikan ekonomi keluarga, masyarakat bahkan negara.

Menurut ilmu kedokteran, Kanker bukanlah satu penyakit, tetapi beberapa penyakit dengan pathogenesis, gambaran klinik dan penyebab yang berbeda-beda. Kanker ditandai dengan pertumbuhan sel yang tidak normal namun penyebab dan titik mulai berkembangnya tidak diketahui secara jelas.

Kanker adalah salah satu penyebab utama kematian di negara berkembang. Kebanyakan kanker menyebabkan kematian yang sebenarnya dapat dicegah dengan perawatan yang dimulai sejak awal teridenifikasi.  Faktor resiko kanker berhubungan dengan faktor lingkungan dan keterpaparan dengan bahan karsinogenik yang sebenarnya juga dapat dihindari.

Tak ayal kasus kanker telah menjadi leading cause kematian di beberapa negara. Kanker tidak hanya dialami oleh mereka yang tergolong kelompok usila. Bahkan, kematian akibat kanker juga banyak terjadi pada mereka yang termasuk dalam usia produktif.

Beberapa studi dilakukan untuk mengukur Disease burden dengan menggunakan indicator Potential Years of Life Lost (PYLL), Dissability Adjusted of Life Years (DALY), dan Quality Adjusted Life Years (QALY).

PYLL merupakan indikator atau ukuran kematian prematur. Angka ini menunjukkan total jumlah tahun yang hilang pada seseorang yang meninggal sebelum usia 75 tahun. Beberapa studi yang dilakukan negara-negara maju menggunakan indikator ini untuk menganalisis ukuran dampak penyakit dalam rangka menentukan prioritas program intervensi kesehatan. Penelitian di Swiss (1999) dengan tujuan menentukan prioritas masalah kesehatan di negara tersebut mengkombinasikan metode Delphy Survey, PYLL dan DALY, menentukan kanker payudara sebagai prioritas masalah kesehatan keempat dan mendapat prioritas intervensi kesehatan yang perlu dilaksanakan di negara tersebut.

Sebuah studi di Jepang dengan menggunakan indicator PYLL membuktikan bahwa kanker mengalahkan stroke pada awal 1980an dan menempati urutan pertama penyebab kematian di Jepang sekaligus penghambat utama dalam upaya berkelanjutan peningkatan usia harapan hidup (Life espectancy) di negara tersebut (Jepang menempati urutan ketiga tertinggi di dunia-The World Factbook)

Kanker terbukti telah menghilangkan tahun-tahun potensial hidup masyarakat di berbagai negara. Tak terhitung berapa banyak tahun-tahun potensial hidup berkualitas usia produktif masyarakat yang hilang alias nihil kontribusi pada kesejahteraan keluarga, masyarakat dan tentu saja berdampak jangka panjang bagi lemahnya pertumbuhan dan stabilitas ekonomi suatu negara.

Beban penyakit kanker secara ekonomi mencakup beberapa faktor yaitu biaya perawatan kanker, biaya yang terkait dengan variable waktu dan upaya-upaya yang dilakukan pasien dan kerabat, dan juga biaya atau ongkos yang berasosiasi terhadap hilangnya produktifitas akibat kecacadan dan kematian prematur. Biaya perawatan kesehatan dibagi menjadi biaya langsung (berupa perawatan, pengobatan),  biaya tidak langsung (hilangnya produktifitas) dan biaya tidak nyata/intangible cost (penderitaan, gangguan mental dan psikologis).

Analisis yang pernah dilakukan oleh National Health Interview Survey36 menemukan bahwa seperlima (18.2%) dari cancer survivors (mereka yang sembuh dari kanker) yan bekerja sebelum dan sesudah kanker didiagnosis, mengalami masalah selama bekerja akibat kanker. Studi lainnya melaporkan 13% cancer survivors berhenti bekerja akibat mengalami gannguan atau dampak kanker selama 4 tahun  masa diagnosis.

Bradley dkk melakukan studi untuk membuktikan dampak kanker payudara bagi pekerja wanita. Temuannya menunjukkan bahwa wanita dengan kanker payudara memiliki peluang 10% lebih rendah untuk bekerja, dan menyebabkan mereka diberhentikan dari pekerjaannya sehingga berdampak pada kesulitan ekonomi yang dialami penderita dan keluarganya. Studi oleh Stewart menemukan bahwa 40% wanita yang sembuh dari kanker payudara mengalami efek negatif dari penyakitnya. yang mengakibatkan berkurangnya kemampuan bekerja dalam jangka pangka. Hal ini mengakibatkan mereka memperoleh upah yang rendah. Hal ini termasuk dalam indirect cost akibat kanker.

Individu, keluarga bahkan komunitas dapat mengalami kanker di segala usia. Maka, sedari sekarang marilah peduli kanker dengan memeriksakan diri sedini mungkin dari potensi kanker.


Investing in prevention and early detection of cancer is cheaper than dealing with the consequences.-IUCC, 2013

Tidak ada komentar:

Posting Komentar