Menjadi orang Kristen saja tidak cukup. Ada banyak
hal berharga yang Allah rencanakan melalui kehidupan orang Kristen. Rencana
yang Allah nyatakan melalui umatNya asal mereka setia melakukan panggilannya. Mengikut
Tuhan tentunya bukan hal yang mudah dan murah bagi setiap umat Kristen. Ada
penyangkalan diri, memikul salib kita, dan membayar harga dalam pelayanan
panggilan. Kita sudah saksikan bagaimana kehidupan rohani murid-murid Yesus
Kristus. Para murid memiliki hubungan emosinal yang dekat dengan Yesus Kristus,
mereka senantiasa patuh dan percaya kepada Yesus Kristus, memiliki kehidupan
doa yang luar biasa, memberi, mengasihi, dan mengampuni mereka yang menyakiti.
Allah tidak pernah berubah, dulu, sekarang
dan selama-lamanya. Allah menghendaki umatNya untuk percaya terhadap Allah
Putra (GOD) dalam pribadi Kristus (human) dan senantiasa memiliki
kerinduan untuk menjadi pengikut alias murid Kristus meskipun Kristus secara
fisik tidak bersama-sama dengan kita, namun Ia telah berjanji bahwa Ia akan
mengutus Roh-Nya yang Kudus untuk tinggal di dalam hati kita dan menjadi
pelita, asal kita tetap setia dalam doa dan pengharapan. Firman Tuhan mengingatkan
kita supaya kita tidak memadamkan Roh, kalau tidak kita hanya menjadi orang
Kristen yang sia-sia.
Menjadi
Pengikut Kristus
Matius 16:24-26
Lalu Yesus berkata
kepada murid-murid-Nya: "Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya dan mengikut Aku. Karena barangsiapa mau
menyelamatkan nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya; tetapi barangsiapa
kehilangan nyawanya karena Aku, ia akan memperolehnya. Apa gunanya
seorang memperoleh seluruh dunia tetapi kehilangan nyawanya? Dan apakah yang
dapat diberikannya sebagai ganti nyawanya?"
Tuhan
Yesus Kristus mengingatkan kita bahwa untuk menjadi pengikut Tuhan ada 3 hal
penting yang harus kita sedia lakukan.
- Sangkal diri
Didalam New Living Translation-Bible ay 24 tertulis demikian “if any of you wants to be my follower, you
must turn from your selfish ways, take up your cross, and follow me”.
‘Menyangkal diri’ mempunyai
arti tidak menuruti hawa nafsu. Hawa nafsu identik dengan dosa berupa amarah,
dengki, mudah tersinggung, menghakimi orang lain, kebencian, persengketaan,
ketidak jujuran, ketamakan, mementingkan diri sendiri, kebirahian, pikiran
kotor, kekacauan, dan dendam. (Artikel sejenis-Sangkal diri)
Kalau kita
tidak tahu bagaimana menyangkal diri, kita tidak akan pernah merasakan iman bertumbuh.
kita juga akan menemukan kasih sudah menjadi beku, kita menjadi dingin dan
tidak peka terhadap sesama. Kalau kita tidak mau menyangkal diri, iblis sudah
berdiri didepan untuk menguasai hati dan pikiran kita oleh perbutan yang jahat.
1 Petrus 5: 8 “Sadarlah dan berjaga-jagalah! Lawanmu, si iblis, berjalan keliling sama seperti singa yang mengaum-aum dan mencari orang yang dapat ditelannya”.
Orang yang
tidak bisa menyangkal diri membuktikan bahwa hidupnya dibawah kekuasaan iblis,
sehingga ia tidak bisa keluar dan menyerah terhadap kejahatannya. Ia akan hidup
dibawah bayang-bayang hawa nafsunya yang menjadi-jadi. Mereka terikat oleh
jerat dosa dan godaan iblis begitu mudahnya mempengaruhi keputusannya.
Orang yang
hidup dibawah pengaruh pornografi akan sulit meninggalkan keinginannya untuk
tidak membaca, menyaksikan bahkan melakukan tindakan buruk untuk memuaskan hawa nafsu dan kedagingannya.
Orang yang
memiliki kepahitan dimasa lalunya, biasanya akan sulit memaafkan orang lain,
mudah tersinggung dan cenderung menyimpan kesalahan orang lain yan berujung
kepada tindakan dendam. Hanya dengan menyangkal dirinya maka ia bisa seutuhnya lepas
dari jerat kepahitan sehingga kasih akan mengambil alih hatinya.
Kita jangan
mengira kejahatan hanya mungkin terjadi atau dilakukan oleh mereka yang miskin
secara ekonomi, tidak berpendidikan, tidak memiliki orang tua, atau tidak terlihat
menjalankan kegiatan agamanya. Fakta sehari-hari mencatat betapa banyaknya
pejabat yang melakukan korupsi, tindakan perselingkuhan yang tidak memandang
status sosial seseorang, dan yang sangat disayangkan, mereka yang menjalankan
kehidupan dan perintah agamanya juga tidak lepas dari dosa kesombongan,
ketamakan, mementingkan diri sendiri, dan tidak peka terhadap mereka yang
lemah. Kalau begitu dunia macam apakah
dunia tempat kita berpijak ini? Tidak satupun melakukan hal yang benar. Semuanya
sudah cemar oleh dosa.
Orang yang
tidak menyangkal diri, ibarat orang yang suka mengamat-amati. Mereka hanya
dapat mengamat-amati perbuatan orang lain dan mengkiritiknya habis-habisan.
Orang
yang demikian tidak sadar bahwa dirinya juga tidaklah sempurna, namun merasa
memiliki hidup yang benar dan tidak bercacad. Namun, Allah sungguh menentang
orang-orang congkak. Barangsiapa meninggikan
diri, maka ia akan direndahkan. Barangsiapa merendahkan hati, maka ia akan
ditinggikan (Perkataan Yesus Kristus). Lantas bagaimana sikap kita ketika
menemukan orang yang berbuat tidak benar?
I Timotius 5:1-2 Janganlah engkau keras terhadap orang yang tua, melainkan tegorlah dia sebagai bapa. Tegorlah orang-orang muda sebagai saudaramu, perempuan-perempuan tua sebagai ibu dan perempuan-perempuan muda sebagai adikmu dengan penuh kemurnian.
Kasih adalah ciri khas kehidupan orang Kristen dan kasih
tidak boleh hanya di bibir saja, tetapi kasih harus di nyatakan dalam perbuatan
nyata. Teguran yang di sampaikan harus di bungkus oleh
kasih. Orang yang salah boleh ditegur asal tetap dalam koridor kasih. Mengapa
banyak sekali kita temukan orang yang menegur malah akhirnya bertengkar dengan
orang yang ditegurnya? Itu karena teguran yang diberikan adalah teguran yang
diluar koridor kasih. Hal ini sering kita temukan di dunia pekerjaan. Seorang
atasan sering menegur bawahannya dengan suka-suka. Akibatnya bawahannya
melakukan perlawanan yang akhirnya terjadilah pertengkaran.
Contoh teguran yang berada
diluar kasih dapat kita lihat dibawah:
1.Teguran yang di motivasi oleh amarah.
1.Teguran yang di motivasi oleh amarah.
2.Teguran yang di motivasi oleh
kebencian.
3.Teguran yang di motivasi oleh
membalas.
4.Teguran yang di motivasi oleh
iri hati.
5.Teguran yang di motivasi oleh
untuk menunjukkan power
Kalau kita tahu bagaimana menyangkal diri, maka iman kita akan
bertumbuh. Dan kasih merupakan bagian dari kehidupan kita.
Jadi untuk mengikut Yesus Kristus, hal terutama yang harus kita
lakukan adalah sangkal diri. Setelah kita mampu dan dimampukan untuk menyangkal
diri, kita harus memikul salib kita. Apa yang dimaksud dengan memikul salib
kita?
Akan dibahas pada artikel A True Follower (Part 2)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar